Mengejar Satu Matahari Dapat Delapan Gunung



Pagi masih menyimpan kepekatan malam. Ratusan mobil bergerak menyusuri jalan tanah dan berbatuan yang dilalui perlahan-lahan.

Belasan motor juga berupaya menaklukan jalan yang menanjak dan berliku. Lebar jalan pun hanya sekitar empat meter.

Di beberapa tempat jurang terjal sangat curam. Beberapa mobil terpaksa berhenti karena tak lagi mampu menaklukan medan.

Sulitnya jalan bukan jadi halangan bagi para wisatawan di pagi buta itu. Mereka punya tujuan sama, mengejar matahari yang akan terbit di tempat wisata alam Posong, Temanggung, Jawa Tengah.

Sejak tahun 2011, Posong menjadi tempat favorit wisatawan yang ingin menyaksikan keindahan matahari terbit.

Setiba di pelataran parkir, para pengemudi dan penumpang langsung mencari lokasi strategis untuk menanti keajaiban alam yang masih terbungkus kegelapan.

Sebagian berdiri di tepi tebing. Ada yang menunggu di pinggir perkebunan. Sebagian kecil naik ke beberapa anjungan bambu.

Hawa dingin yang menusuk seperti tak menjadi halangan. Apalagi banyak di antara wisawatan berbalut baju tebal dan penutup kepala hingga leher.

Perlahan-lahan langit sebelah timur mulai memancarkan semburat cahaya. Sang mentari pun beranjak menunjukkan rupanya.

Remang-remang warna kuning keemasan mulai mengusir kegelapan cakrawala. Warna biru berpadu dengan putih juga menyeruak di tengah pagi yang mulai bangkit.

Kemegahan alam pun pun terbentang dengan indah. Sinar matahari menjadi cahaya yang menerangi panorama keajaiban alam.

Gunung-gunung berupa kerucut segitiga nampak kecil dari kejauhan. Di depannya terbentang lautan awan yang menghampar menutupi pegunungan. Seolah gunung-gunung itu melayang di atas gudukan kapas ringan.

Keindahan alam itu tak sedikit pun lepas dari pengamatan para wisatawan. Mereka terus menerus mengabadikan gerak mentari detik demi detik dengan kamera atau telepon genggam. Seolah semuanya tak boleh lepas sedikit pun untuk terus direkam.

Begitu indahnya lukisan alam membuat para pengunjung berdecak tak henti-henti. Sungguh medan yang sulit dan harus bangun pagi buta, seolah terbayar menyaksikan pemandangan nan indah.


Delapan gunung

Usai matahari terbit (sun rise), para wisatawan belum beranjak. Sinar sang surya belum mampu mengusir kumpulan awan yang menyelimuti tujuh kaki gunung di depannya.

Gunung-gunung itu adalah Gunung Ungaran, Gunung Andong, Gunung Telomoyo, Gunung Merbabu, Gunung Merapi, Gunung Sumbing, dan Gunung Muria.

Sementara bagian barat nampak dengan jelas Gunung Sindoro yang berdiri kokoh. Bagi wisatawan tentu pemandangan kedelapan gunung ini menjadi bonus setelah mengejar matahari terbit.

Pemandangan semakin indah setelah hari mulai terang. Para wisatawan pun dapat menikmati perkebunan yang terhampar sejauh mata memandang.

Tanaman yang ada antara lain kubis, tembakau, cabe, kopi, dll. Hijaunya tetumbuhan seolah menyejukkan mata yang memandang.

Udara pun mulai menghangat. Rasa dingin masih tersisa tetapi tidak menusuk sampai ke tulang sumsum lagi. Sebagian pengunjung mulai melepaskan baju hangat untuk merasakan sensasi hawa pegunungan yang sejuk.

Beberapa kios yang berdiri di areal wisata Posong mulai diserbu para pengunjung. Minuman hangat berupa teh dan kopi menjadi pilihan.


Tempe dan tahu goreng yang baru keluar dari wajan langsung lenyap diserbu pembeli yang mulai kelaparan. Begitu pula dengan mie instan menjadi menu favorit para pembeli.
Setelah mata dan perut terpuaskan para wisatawan mulai beranjak meninggakan lokasi wisata alam Posong. Kali ini jalan menurun. Pemandangan tak lagi pekat.

Sepanjang jalan yang meliuk-liuk dan menyusuri tanah dan bebatuan, pengunjung menyaksikan areal perkebunan yang tertata dengan rapi.

Lokasi Posong

Wisata alam Posong terletak di kaki Gunung Sindoro. Gunung ini kerap disebut kembaran dari Gunung Sumbing yang memiliki ketinggian 3.150 Mdpl.

Sindoro sendiri berdiri megah dengan ketinggian 3.371 Mdpl. Posong merupakan kawasan wisata yang beberapa tahun ini menarik perhatian wisatawan dari berbagai daerah. Letaknya persis di Desa Tlahab, Kecamatang Kledung, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.

“Wisatawan mulai ramai sejak tahun 2013,” ujar Nurtio (45), petugas parkir di Posong.

Nurtio dan 39 rekan lainnya bertugas mengatur lalu lalang kendaraan pengunjung. Mereka menjadi tenaga lepas untuk tempat wisata yang telah dikelola oleh perangkat Desa Tlahab.

Selain itu masyarakat sekitar juga dapat meraup rejeki dengan membuka warung makanan di tempat wisata ini. “Sebelumnya kami hanya tani atau buruh tani di perkebunan saja,” tambah pria yang juga membuka kios makanan.

Slamet (39) juga mendapatkan keuntungan dengan kedatangan para wisatawan. Buruh tani ini bertugas menjaga salah satu toilet umum di lokasi ini.

“Kalau Sabtu Minggu ramai. Apalagi liburan lebaran atau anak sekolah, wah banyak sekal yang datang. Hari biasa ada tapi enggak banyak.”

Posong memang dikenal dengan pemandangan yang indah saat matahari terbit. Oleh karena itu sebaiknya pengunjung datang sebelum sang surya muncul di sebelah timur.

Waktu yang tepat untuk ke Posong adalah saat musim kemarau. Pada musim penghujan Posong diselimuti kabut tebal sehingga tidak dapat menyaksikan matahari saat terbit.

Untuk mencapai lokasi ini para wisatawan dapat menuju kota Wonosobo atau Temanggung terlebih dahulu. Keduanya berada di Jawa Tengah.

Bila dari Wonosobo arahkan kendaraan menuju Temanggung. Setiba di Pasar Kretek, belok kiri, ambil jalur menuju Temanggung. Susuri jalan hingga di sebelah kiri menemukan gapura Posong.

Sebaliknya dari Temanggung, Anda ambil ke arah kota Wonosobo melalui rute Parakan. Setelah barada di Jl. Raya Parakan Wonosobo, ikuti jalan hingga masuk dii Kecamatan Kledung.

Jalannya berliku-liku dan juga menawarkan pemandangan perkebunan. Di sebelah kanan ada gapura yang menunjukkan obyek wisata Posong.

Setelah memasuki gapura, pengunjung akan bertemu dengan pos penjagaan untuk membayar retribusi ke lokasi wisata. Dari tempat itu wisatawan tinggal menyusuri perjalanan sekitar 3,5 km.

Sebaiknya kendaraan yang digunakan untuk mencapai Posong harus dalam keadaan prima sebab jalan tanah yang ditempuh menanjak, sempit, dan berbatuan.

Medan yang berat itu akan terbayar setelah kita sampai di Posong menyaksikan lukisan alam yang begitu indah.

Editor: Heru Margianto

Sumber; travel.kompas.com

No comments

Post a Comment

Home